Saya masih ingat ketika masih belia belum tahu betul tentang apa itu
agama? Apalagi Ormas-Ormas Islam yang belakangan saya ketahui di
lingkungan sekitar saya adalah orang-orang yang mempunyai visi yang
selaras dengan NU. Mereka yang mempunyai basis Islam kultural ini
biasanya tidak tahu menahu Islam yang dianutnya dan mencangkok
pemikirannya Gus Dur “hanya menganut pada kiai-kiai kampung atau NU
secara organisatoris yang berpusat di Jakarta”.
Tentu saja hal ini lambat laun perlu dipikir ulang tentang
keberadannya, bagaimana memberdayakan warga nahdliyin semakin berdaya
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini
sekaligus juga menjadi sumber dari segala sikap lalai yang bisa berujung
pada bencana yang di alami manusia. Fasilitas materiil yang banyak
menjanjikan kebahagiaan hidup menjadikan manusia sebagai pemuja ilmu dan
teknologi, sehingga tanpa di sadari lambat laun integritas
kemanusiaannya tereduksi lalu terperangkap pada jaringan sistem
rasonalitas kehidupan yang tidak manusiawi.
Untuk itulah, sekarang adalah waktu yang tepat pada Konfercab II NU
penulis memberikan beberapa usulan guna perbaikan dan menjadi agenda
Konfercab II NU bagi perkembangan positif NU yang nantinya dapat
diusulkan lebih lanjut ke dalam even NU yang secara organisatoris lebih
tinggi tingkatnya, yakni Konferensi Wilayah (Konferwil) maupun muktamar.
Selain mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang
Nahdlatul Ulama Kutai Timur periode 2006 – 2011 dan memilih Pengurus
Cabang Nahdlatul Ulama Kutai Timur periode 2011–2016. Setidak-tidaknya
ada agenda penting yang menurut penulis perlu diagendakan dalam
konfercab; yaitu membangkitkan kembali beberapa Lembaga, Lajnah, dan
Badan Otonom Nahdlatul Ulama’ yang mati suri serta memperkuat dimensi
zuhud yang menjadi culture warga NU di kalangan pesantren.
Lembaga-lembaga NU yang perlu dihidupkan kembali sesuai dengan
Anggaran Dasar (ART) NU pasal 18 adalah Lembaga Perekonomian Nahdlatul
Ulama (LPNU), Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama disingkat
(LP2NU), Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM),
dan lembaga-lembaga lainnya. Sementara lajnah yang perlu dilembagakan
di NU Kutai Timur adalah Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU),
bertugas mengelola ru’yah, hisab dan pengembangan IImu Falak, Lajnah
Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama, (LTNNU), bertugas mengembangkan
penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab/buku serta media informasi
menurut faham Ahlussunnah wal Jamaah, dan Lajnah Pendidikan Tinggi
Nahdlatul Ulama (LPTNU).
Namun saya kira yang menyita perhatian dalam Konfercab ini adalah
pemilihan Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziyah (Ketua Pengurus Cabang).
Rais Suriyah saat ini adalah Ir. Ismunandar, MT. dan Ketua
Tanfidziyahnya Ustadz Imron. Menariknya adalah NU sebagai organisasi
massa berbasis agama, sosial, dan kemasyarakatan terbesar di Kutai Timur
ini tentu akan menjadi menjadi gerbong yang sangat kuat untuk menuju
Kutim I, meskipun NU sendiri secara khittah tidak melibatkan diri terjun
ke politik praktis. Tampaknya komposisi Pengurus Cabang NU periode
2011-2016 akan berubah bila melihat atusiasme warga Nahdliyin dan
beberapa dukungan terhadap calon rois suriah dan ketua tanfidz, Rois
Suriah sebagai orang nomor satu di NU Kutai Timur santer dibicarakan
adalah Abdal Nanang, sementara Ir. Ismunandar, MT. yang saat ini
menjabat sebagai Rois Suriah diisukan paling kuat menduduki ketua
Tanfidz.
Sekilas bila melihat wacana yang berkembang, maka akan menimbulkan
kejanggalan untuk posisi Ketua Tanfidz, bila benar yang akan
mendudukinya adalah Ir. Ismunandar, MT. mengingat posisinya yang
sekarang (Rois Suriyah) lebih tinggi daripada Ketua Tanfidz. Seharusnya
yang perlu diketahui bahwa orang nomor satu di Nahdhatul Ulama’ Kutai
Timur adalah Suriyah bukan pada Tanfidz, namun jika melihat posisi yang
strategis di NU nampaknya tepat memilih sebagai Ketua Tanfidz. Lihat
saja ketika Megawati Soekarno Putri mencalonkan diri sebagai presiden,
Beliau mengjak Hasyim Muzadi yang saat itu menduduki sebagai Ketua
Tanfidz, dan bukan mengajak Rois Am Suriah sebagai orang nomor satu di
PBNU (KH. SAhal Mahfudz).
Harapan penulis dan juga warga NU tentunya selain mendapatkan
pemimpin yang ideal di NU Kutai Timur saat ini tentu dengan terpilihnya
Rois Suriah dan Ketua Pengurus Cabang NU akan memberikan perubahan
terutama peran serta NU sebagai Organisasi Massa terbesar di Kutai Timur
yang bersifat partisipatoris di masalah keagamaan, sosial, kebangsaan,
dan kemasyarakatan. Mudah-mudahan Konferensi Cabang NU ke-2 Kutai Timur
berjalan dengan sukses.
Selamat Berkonferensi..!!
Penulis adalah penulis buku dan Steering Committee Konfercab NU 2011, email sismanto@kpc.sch.id
diposting di Radar Sangatta, 25 Juni 2011